Ada beberapa cara dalam memelihara hafalan Al-Qur’an, dan yang paling penting dalam cara tersebut yaitu istiqomahlah dalam murojaah. Istiqomah murojaah merupakan satu-satunya cara untuk menguatkan hafalan Al-Qur’an.
Hal tersebut disampaikan oleh Kyai Sa’dulloh di Hotel Grand Sunshine Resort Soreang Bandung, dalam pembinaan peserta Satu Desa Satu Hafidz (Sadesha) yang diselenggarakan oleh biro kesejahteraan rakyat setda Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan Pimpinan Wilayah Jam’iyyatul Qurro Wal Huffazh (JQH), Kamis (3/6/2021).
Murojaah adalah menjaga hafalan Al-Quran dengan terus-menerus mengulangnya guna meraih mutqin atau kuat dalam bacaan, hafalan, pemahaman, dan pengamalan para hafizh Quran, lanjut Kyai Sa’dulloh.
Setelah ayat-ayat Al-Quran dihafal secara keseluruhan, hal lain yang perlu mendapat perhatian yang lebih besar adalah bagaimana menjaga hafalan tersebut agar tetap melekat pada ingatan.
Nabi Muhammad SAW mengisyaratkan bahwa penghafal Al-Quran itu ibarat berburu di hutan. Apabila pemburu ini pusat perhatiannya ke binatang yang ada di depannya, tidak memperhatikan hasil buruannya, maka hasil buruannya akan lepas pula.
Begitu juga orang yang menghafal Al-Qur’an. Kalau pusat perhatiannya tertuju hanya kepada materi baru yang akan dihafalnya saja, sedang materi yang sudah dihafal ditinggalkan, maka akan sia-sia karena hafalannya itu bisa lupa atau hilang, kata Kyai Sa’dulloh.
Oleh karenanya ada beberapa cara dalam murojaah atau memelihara hafalan Al-Qur’an. Yang pertama, istiqomah takrir Al-Quran di dalam sholat.
Maksudnya, orang yang sudah menghafal Al-Qur’an hendaklah mengupayakan setiap sholat wajib atau sunah selalu memakai ayat-ayat Al-Quran dari surat Al-Baqoroh sampai surat Annas secara berurutan sesuai mushaf Al-Quran.
Yang kedua, istiqomahlah takrir Al-Quran di luar sholat. Bagi seorang yang sudah menghafal Al-Qur’an harus pandai mengatur waktu dengan sebaik-baiknya supaya bisa istiqomah dalam membaca Al-Quran. Jadikan membaca Al-Quran sebagai kebutuhan pokok yang tidak bisa ditinggalkan setiap waktu, setiap saat, dan setiap kesempatan, lanjut Kyai Sa’dulloh.
Yang ketiga, sering-seringlah mengikuti simaan Al-Quran. Simaan maksudnya membaca Al-Quran dihadapan pendengar atau mustami’. Simaan Al-Quran harus menjadi tradisi sebagai wadah sosialisasi pentingnya umat Islam menjaga Al-Quran melalui penghafalan.
Dan yang keempat, lanjut Kyai Sa’dulloh. Cara memelihara hafalan Al-Quran yaitu dengan mengikuti perlombaan atau Musabahqoh Hifdzil Qur’an (MHQ) .
Seorang Hafidz yang biasa mengikuti MHQ akan memiliki hafalan Al-Qur’an yang kuat. Hal ini disebabkan sebelum mendapat giliran membaca di mimbar, seorang Hafidz harus mengulang-ngulang bacaan Al-Quran.
Itulah beberapa cara supaya hafalan Al-Qur’an tetap terjaga dan bisa terpelihara dengan baik, tutup Kyai Sa’dulloh. (Ayi Abdul Kohar)