Dunia Pendidikan Di Masa Darurat Covid-19

Share

Dunia pendidikan harus menghadapi kondisi yang sebelumnya belum pernah terjadi di Indonesia yaitu wabah Corona atau COVID 19.

Hal tersebut disampaikan Dr. H. Romi Siswanto Wakil Ketua PP Pergunu di kediamannya di Jatiasih Kota Bekasi. Ahad, 3/05/2020.

Lebih lanjut Dr. Romi menjelaskan bahwa satu abad yang lalu sekitar tahun 1920 Indonesia pernah terjadi tiga wabah hebat yang menjadi perhatian pemerintah kolonial belanda yaitu PES, Cacar dan Malaria.

“Disamping wabah PES, Cacar dan Malaria masih ada wabah seperti kusta dan yang masih terngiang dalam ingatan kita belum lama terjadi tahun 2012 wabah SARS atau lebih dikenal dengan Flu burung” tutur Romi yang juga merupakan ASN di GTK Kemendikbud RI.

Sementara itu, menurut Dr. Romi Siswanto dunia pendidikan paling terasa terkena dampak covid 19 ini apalagi kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), semua aktifitas dilakukan di rumah tidak terkecuali dunia pendidikan semua aktifitas dilakukan di rumah baik Guru maupun siswa wajib belajar di rumah.

Dengan kondisi diatas, siapa yang kira-kira yang tidak siap dalam menghadapinya? Mari kita cermati warga sekolah kira-kira siapa yang belum siap menghadapi kondisi darurat covid 19 ini :

Pertama guru, guru adalah perangkat pendidikan yang paling siap dalam menghadapi kondisi darurat Covid 19, ini dikarenakan sudah terbiasa melakukan pembelajaran yang inovatif dan kreatif (naluri seorang guru pasti ada cara dalam menghadapi kondisi darurat seperti ini, mungkin ada juga guru yang bingung menghadapi kondisi darurat seperti ini tetapi tidak banyak) sudah banyak perangkat/sistem yang disediakan oleh pemerintah ataupun pihak swasta untuk pembelajaran di rumah di masa darurat ini. Kemungkinan besar terkendala masalah non teknis saja seperti geografis yang tidak menguntungkan seperti sarana penerangan yang terbatas, belum terkoneksi internet dan jarak sekolah, tempat tinggal guru dan siswa terlalu jauh.

Kedua siswa, kondisi darurat kesehatan seperti ini ada siswa yang senang dan ada yang sedih melakukan aktifitas di rumah saja. Namun demikian aktifitas belajar tetap dilakukan baik secara daring maupun mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru secara langsung. Pembelajaran di rumah dilakukan secara kolaborasi yang cukup kuat antara guru, siswa dan orang tua.

Ketiga Orang tua, kondisi darurat ini yang paling tidak siap adalah orang tua baik ayah maupun bunda. Mengapa demikian, pertanyaan ini ditujukan kepada saya pribadi maupun orang tua secara umum. Kemampuan akademik orang tua sangatlah beragam, kondisi ini sangat menyulitkan kami sebagai orang tua menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari anak kami sendiri apalagi anak-anak yang duduk di bangku kelas 7 keatas, mata pelajaran yang kami rasakan sulit dipahami adalah mata pelajaran sains dan matematika.

Kondisi ini dikarenakan Kompetensi orang tua sangatlah beragam, dan kemampuannya tidaklah sama dalam mendampingi anak belajar di rumah. Sehari-hari dalam kondisi normal kami memberi jam belajar mungkin cukup dua jam saja. Seperti halnya saya yang menerapkan belajar selepas magrib sekitar pukul 18.15 sampai dengan pukul 20.00 mungkin hanya 2 jam saja mendampingi belajarnya (guru mendampingi siswanya lebih dari 8 jam perhari).

“Nah, kondisi pada saat darurat covid-19 ini, orang tua yang juga bekerja di rumah harus mendampingi anaknya belajar dari rumah. Seperti yang terjadi dengan keluarga kami yang bersekolah lima orang, satu di SMP dan 4 di SD, sungguh kami menyadari setiap anak kemampuannya, kemauannya, gaya belajarnya sangat jauh berbeda, kami dihadapkan dengan kondisi yang berbeda-beda, sungguh perjuangan yang berat untuk mencapai kondisi yang diinginkan, berbeda/beda caranya dalam menghadapi anak kami sendiri” tutur Romi lulusan Program Doktoral Universitas Negeri Yogyakarta.

Lebih lanjut Dr Romi menjelaskan hikmah yang dapat diambil oleh orang tua dari darurat covid-19 ini adalah orang tua menyadari betul betapa luar biasa perjuangan bapak dan ibu guru dalam mendidik anak yang berbeda-beda kemampuannya untuk mencapai target capaian kompetensi setiap mata pelajaran.

Selain itu, menurut Dr. Romi kondisi di atas perlu banyak pemikiran, apabila dalam kondisi darurat, bagaimana cara yang paling efektif untuk melakukan pembelajaran dalam kondisi darurat.

“Dalam kondisi darurat perlu adanya terobosan dunia pendidikan seperti blended learning (tatap muka dan pembelajaran jarak jauh/ dalam jaringan) dalam lima atau enam hari sekolah ada satu atau dua hari belajar di rumah mengerjakan tugas sekolah mungkin seperti Project Base Learning dikaitkan dengan materi mata pelajaran masing-masing dan dikerjakan kelompok atau individu dan mengikutsertakan anggota keluarga” tutur Romi Siswanto yang akrab dipanggil Bang Romi

Selanjutnya Dr Romi menjelaskan bahwa di masa darurat ini banyak langkah-langkah yang inovatif seperti berbagai kondisi dibawah ini :

Pertama, Kondisi siswa yang terkoneksi teknologi komunikasi, ada perjuangan seorang guru yang mendatangi siswa ke rumah memberi tugas-tugas pelajaran agar pembelajaran tetap berjalan.

Kedua, Kondisi siswa yang sudah terfasilitasi dengan teknologi informasi, guru dapat memberikan proyek pelajaran baik melalui sms maupun WhatsApp (WA) apalagi dengan WA guru bisa memberikan proyek kelompok ke siswa, maksimal lima orang per kelompok. Banyak yang dapat dilakukan oleh guru semisal dengan video conference, video call dan atau pembuatan video tutorial, kalau memiliki fasilitas teknologi guru dan siswa dapat berinteraksi dengan baik

Ketiga, Kondisi geografis, Guru dapat memberikan pembelajaran melalui Radio bekerjasama dengan radio pemerintah maupun swasta, mungkin kondisi ini efektif bagi siswa-siswa yang terkendala dengan kondisi geografis yang tidak terjangkau teknologi internet.

Keempat, Banyak inovasi-inovasi yang dilakukan oleh guru hebat dalam kondisi tertentu yang tidak termasuk pada point pertama sampai dengan ketiga.

“atas nama Pimpinan Pusat Pergunu, kita berharap semoga kondisi darurat ini segera berakhir virus covid 19 segera lenyap dari muka bumi Indonesia, kita dapat melakukan aktifitas normal kembali. Dan ucapan terimakasih kepada bapak dan ibu guru yang telah mendidik anak generasi penerus Bangsa dengan baik” tutur Romi Siswanto.

Leave A Reply