Pergunu Jabar: Jangan Berikan Negara pada Orang yang Berpaham Radikal

Share
Bandung, NU Online
Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) bukan hanya organisasi profesi tetapi sebuah badan otonom NU. Artinya Pergunu bukan hanya meningkatkan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru-guru NU, baik kompetensi pendagogi, kepribadian, sosial dan profesional; tetapi guru-guru NU juga harus menguasai kompetensi Aswaja Annahdliyah. Sehingga, Aswaja Annahdliyyah bukan hanya menjadi Ideologi pemahaman tetapi harus menjadi sebuah gerakan untuk menjaga keutuhan Kedaulatan Negara Republik Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Ketua Pergunu Jawa Barat, H Saepuloh pada kegiatan silaturahim kiai muda dan dai kampung se-Wilayah Bogor di Pondok Pesantren Yasina Cigombong, Jl Mayjen HR Edi Sukma Km 22 Pajagan, Selasa(18/12).
Saepuloh menjelaskan bahwa paham intoleran dan radikal sekarang sudah menjalar ke lembaga pendidikan, serta menjalar ke perguruan tinggi, yang anehnya ini juga menjalar kepada pegawai-pegawai negeri, tidak sedikit ASN yang juga berpaham intoleran.
“Saya pernah bercakap dengan salah satu guru ASN yang juga simpatisan salah satu partai Islam, tetapi mengusung khilafah dan benci dengan Pancasila. Bagaimana dengan anak didiknya kalau ada guru yang seperti itu,” tutur Saepuloh.
Selanjutnya Saepuloh mengimbau agar guru-guru yang tergabung dalam Pergunu harus dapat membentuk generasi penerus bangsa yang berakhlak dan menghormati ulama serta kepala negara.
“Bagaimana muridnya kalau ada guru yang menyebarkan fitnah-fitnah, caci makian kepada pimpinan negara. Ini adalah PR besar bagi Pergunu. Pergunu harus tampil ke depan meluruskan hal-hal seperti ini,” tutur Saepuloh.
Selain itu, Saepuloh berharap agar Pergunu bisa tampil terdepan dalam membangun pendidikan dan menanamkan kecintaan kepada  agama, bangsa dan negara.
“Pergunu harus bisa membangun pendidikan, menjaga kedaulatanan negara kita, dengan menghadirkan dan mewujudkan generasi penerus bangsa yang cinta pada negara dan bangsa. Kalau tidak ada cinta pada negara yang ada malah caci maki kepada pimpinan negara, kalau tidak ada cinta pada bangsa yang terjadi negara kita akan pecah belah,” tutur Saepuloh.
Indonesia ini, kata Saepuloh, milik anak cucu kita, jangan dirusak dengan paham-paham radikal. “Jangan dirusak dengan paham-paham intoleran karena ini adalah perjuangan para kiai kita, yang rela mengorbankan harta, darah demi bangsa ini. Lalu bagaimana kita harus bersyukur? Yaitu dengan menjaga kedaulatan negara kita,” tegasnya.
Acara yang dimulai dengan Dzikir Hizbun Nasr langsung dipimpin oleh Ketum PP Pergunu, KH Asep Saefuddin Chalim. Sementara itu Ketua PCNU Kabupaten Bogor memimpin doa istighosah. (Awis Saepuloh/Kendi Setiawan)

Leave A Reply